RUBRIK HOT

Pokoknya segala crème de la crème harus masuk rubrik hot, deh.

My Photo
Name:
Location: Indonesia

Tuesday, October 31

MARTIN FIRRELL - I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE - TRAFALGAR SQUARE FESTIFAL 2006

I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE ART IS FOR EVERYONE
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE FEAR HAS NO PLACE AND NO POWER
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE VIOLENCE NEVER WORKS
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE IDENTITY CARDS ARE NOT COMPULSORY
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE MOTHERS ARE RECOGNISED AS HEROES
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE NO ONE CAN BE HELD WITHOUT TRIAL
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE THOUGHT OUTRANKS TALK
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE HAS NO PART IN TORTURE
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE NO ONE IS SENT TO WAR
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE HALF THE PEOPLE IN CHARGE ARE WOMEN
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE DISSENT IS WELCOMED AS MUCH AS IT'S DISLIKED
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE MEN ARE RENDERED HARMLESS
I WANT TO LIVE IN A CITY WHERE ALL OUR LIVES ARE PROPERLY REGARDED AS PRICELESS


Wednesday, October 25

"DO YOU KNOW WHAT IT'S LIKE WHEN IT'S RIGHT BUT IT FEELS SO WRONG?"

Sunday, July 16

AM I THAT DESPERATE?

Di dalam agama Buddha diajarkan bahwa jika ingin damai di dunia, kita harus melepaskan keinginan-keinginan duniawi kita, dengan begitu kita akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Pendapat saya, pada dasarnya dengan tidak berkeinginan, kita tidak akan punya ekspektasi, dan tanpa ekspektasi, kita tidak akan merasa kecewa. Dalam agama Buddha juga disarankan untuk tidak mencintai, tidak berteman, dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan ekspektasi.

Sebagai simpatisan Buddha, saya mengamini saja ajaran ini⎯memang benar membuat saya lebih ringan melangkah. Saya kemudian menjalani hidup dengan sebisa mungkin tidak berkeinginan. Namun lama-kelamaan menimbulkan suatu pertanyaan, am I that desperate? Apakah saya se-menyedihkan itu? Se-putus asa itu? Apakah saya se-mati-matian itu dalam menjalani hidup?

Karena bukankah tidak berhasrat adalah gejala putus asa? Dan jika kita tidak pernah menginginkan sesuatu, apakah kita tidak akan pernah merasa tidak bahagia?

Adalah sehat untuk berkeinginan. Saya merasa lebih hidup ketika menginginkan sesuatu, menyukai sesuatu, ataupun membenci sesuatu. Jika hidup tanpa keinginan, apakah kita akan pernah punya pasangan, teman, atau bahkan sekedar belajar dari pengalaman?

Saya membutuhkan sesuatu, bukan sekedar memenuhi kebutuhan dasar untuk survive. Saya menginginkan hubungan dengan orang lain, atau pun sepasang sepatu baru. Namun saya juga belajar untuk tidak marah jika merasa pantas untuk mendapat sepatu baru, namun tidak mendapatkannya. Hidup ini hanya satu kali. Jika Anda percaya reinkarnasi, mungkin segalanya akan berbeda. Tapi bagaimana jika tidak? Bagaimana jika reinkarnasi tidak pernah dan tidak akan terjadi?

PS: Satu hal yang saya pelajari pagi ini ketika mengoles body lotion: Kadang tidak penting kalau nantinya toh kulit kita tidak semulus yang diimpikan. Karena ritual mengoles lotion itulah yang sebenarnya terapi terbaik untuk mendapatkan sensasi bahwa kita tidak pernah menyerah.

Sunday, May 28

FOR: STRAIGHT WOMEN

1. Nice men are ugly.
2. Handsome men are not nice.
3. The men who are handsome and nice are gay.
4. The handsome, nice and heterosexual men are married.
5. The men who are not so handsome, but are nice, have no money.
6. The men who are not so handsome, but are nice and have money think we are only after their money.
7. The men who are handsome but don't have money are after our money.
8. The handsome men, who are not so nice and are somewhat heterosexual, don't think we are beautiful enough.
9. The men who think we are beautiful, that are heterosexual, somewhat nice and have money, are cowards.
10. The men who are somewhat handsome, somewhat nice and have some money and thank God are heterosexual, are shy and NEVER MAKE THE FIRST MOVE!!!!
11. The men who never make the first move automatically lose interest in us when we take the initiative.

NOW, WHO THE HELL UNDERSTANDS MEN?

"Men are like a fine wine. They all start out like grapes, and it's our job to stomp on them and keep them in the dark until they mature into something you'd like to have dinner with."

Wednesday, May 24

POWER OF WORDS

Ada seorang anak yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari di mana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut. Sang ayah menuntun anaknya ke pagar. Kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada.

Monday, May 22

WHAT'S ON?

Saya menonton DVD akhir-akhir ini. Apa saja yang sudah saya tonton?
Transamerica, bagus sekali. Jujur, menyentuh, sekaligus pahit dan getir. Akting Felicity Huffman brilian dan juga lucu. Saya suka slogan di poster film ini, "Life is more than the sum of it parts⎯hidup itu lebih daripada (dua jenis kelamin) yang eksist". Dan di poster itu digambarkan Felicity Huffman bingung memilih toilet. Yah, semoga membuka pikiran banyak orang, bahwa Tono bisa saja ingin jadi Tini; Mrs. Henderson Presents, ringan, menghibur, banyak scene-scene kabaret yang wah, dan tentu saja akting Judi Dench yang tidak diragukan lagi. Saya sampai meniru model rambutnya, lho; Crash, bagus, temanya rasisme, walau jalan ceritanya agak terlalu heboh, jadi masih nggak rela karena film ini meraih Oscar mengalahkan Brokeback Mountain.

Le Divorce, selama ditonton sih bagus, banyak gaya-gaya interior, restoran, pakaian yang sangat ‘Paris’ yang bisa jadi referensi. Saya naksir berat tas Hermés Kelly croco merah yang dipakai Kate Hudson. Ceritanya juga bagus, tentang manner, both good and bad. Tapi belum selesai ditonton karena ending-nya tidak bisa diputar. Padahal tinggal 10 menit lagi, lho. Maklum lah, bajakan. The Family Stone, drama komedi yang ‘lengkap’. Ada keluarga, romance, dan mungkin pesan moral. Film ini juga salah satu tipe film-film ringan yang saya suka: drama komedi, lucu, menyentuh, Natal, dan pemainnya saya suka⎯Sarah-Jessica Parker.

March of the Penguins, film dokumenter yang sangat indah dan mengagumkan. Pinguin-pinguin berjuang untuk bertahan hidup saat bermigrasi di belahan bumi yang konon paling tangguh, Antarctica. Saat Academy Awards kemarin, film ini meraih Oscar untuk film dokumenter terbaik dan membuat saya menitikan air mata⎯kan saya sudah bilang, saya ini sentimentil. Saat Luc Jacquet sang sutradara maju menerima Oscar, dia dan para pendukung film ini membawa boneka-boneka pinguin. Dalam pidatonya dia berharap kepada anak-anak yang di tahun 2040 akan memegang kendali dunia, untuk mempertimbangkan tentang undang-undang perlindungan Antarctica⎯global warming, demi kelangsungan hidup pinguin-pinguin ini. Di akhir pidatonya Luc bersiul, yang katanya berarti ‘terima kasih’ dalam bahas pinguin. Udah ah, nanti saya nangis. Saya masih trauma akan kematian ibu Bambi.

Saturday, May 20

QUOTE OF THE DAY

"Orang-orang tertentu boleh buta dan tidak peduli, tapi kita tidak boleh menjadi prejudis dan penuh kebencian"

-Dolly Parton, tentang dirinya yang sering mendapat surat berisi kebencian dan ancaman karena memiliki banyak penggemar gay sejak ia dinominasikan dalam Oscar untuk kategori penulisan lagu terbaik berjudul "Travelin' Thru" yang menjadi original soundtrack “Transamerica”-

Monday, May 15

MATA MATA MATANYA LELAKI

Perempuan boleh pakai jeans.
Dan memotong pendek rambut mereka.
Pakai kaos dan boots.
Karena itu tak apa untuk menjadi laki-aki.
Tapi untuk laki-laki untuk terlihat sepeti perempuan adalah turun derajat.
Karena Kau pikir perempuan sama dengan turun derajat.
Budaya patriarki dan sudut pandang masyarakat yang seksis meletakan perempuan pada derajat yang lebih rendah.


Dari harian Kompas ada artikel menarik. Judulnya Mata Pria. Ini kutipannya:

Dari mana datangnya cinta? Menurut banyak lagu pop: dari mata turun ke hati. Tapi ada yang mengatakan mata pria berbeda dari mata perempuan. Sewaktu dibesarkan dalam lingkungan yang seksis dan patriarkial di Jawa, pernah saya dengar bahwa cinta pria datangnya dari perut. Perempuan dituntut pandai-pandai memasak supaya suami kerasan makan di rumah, berbahagia, dan sayang kepada keluarga. Kalau pria suka jajan, maka perempuan yang disalahkan.

Tahun 1980-an saya pernah menginap di rumah teman. Suatu siang ketika saya kembali ke rumah itu, tuan rumah sedang di dapur. Malamnya tuan rumah yang perempuan menjelaskan bahwa sewaktu saya tiba di rumah, mereka berdua sedang memasak bersama. Tapi gara-gara saya datang, suaminya mendadak berhenti dan keluar dapur karena malu kalau ketahuan orang lain. Zaman sudah berubah, walau tidak merata. Salah satu tuntutan dan sekaligus kebanggaan pria masa kini justru kemahiran memasak. Tokoh Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta? menjadi idola, bukan cuma karena mahir berpuisi, tetapi memasak.

Beberapa ahli mutakhir tentang sejarah klasik Tiongkok mengatakan, cinta pria datangnya bukan dari perut, tapi yang terletak di bawahnya. Konon ada perbedaan seksualitas yin (feminin) dan yang (maskulin). Ini bukan perbedaan pria dan perempuan. Setiap pria dan perempuan punya unsur yin dan yang sekaligus, cuma rasionya berbeda. Seksualitas maskulin ibarat lidah api yang menjilat-jilat ke atas. Orang dengan unsur maskulin kuat (banyak pria, tetapi juga sebagian perempuan) butuh kepuasan seks dalam rangka mencintai orang lain. Dari bawah perut ke ubun-ubun kesadaran. Seksualitas feminin sebaliknya. Ibarat air, perlu ada gelombang cinta kasih di ubun-ubun kesadaran sebelum menetes ke bawah dan membangkitkan gairah seksual. Tidak kebetulan bila pria suka pornografi, perempuan suka bunga, puisi romantik, dan lagu sentimental, kata ahli yin dan yang.

Dalam cerita wayang dikisahkan, huru-hara di mayapada dan kahyangan gara-gara ada angin yang menyingkap sebagian busana seorang perempuan. Kejadian beberapa detik itu ditangkap mata maskulin. Yang salah angin, perempuan yang kainnya terbuka, atau mata pria?

Republik kita bukan pertunjukan wayang. Tapi hampir separuh penduduknya pernah dan sebagian besar masih mengagungkan tradisi Mahabharata serta Ramayana. Kalau mau, kita bisa sedikit belajar bijak dari dua epik itu tentang cara beradab menghindarkan bencana akibat nafsu berahi. Dalam kisah wayang tidak disebut para dewa atau raja membuat aturan seperti RUU Antipornografi untuk mempertahankan ketertiban. Dikisahkan, para pendekar dituntut bersemadi atau bertapa. Dalam kehidupan sehari-hari masa kini: menahan diri sendiri. Bukannya menyalahkan, melarang, mengatur pihak lain secara paksa dan kekerasan.

RUU Antipornografi telah mengundang berbagai macam kritik. Salah satunya bias gender. RUU itu lebih banyak membatasi, mengatur, dan melarang penampilan perempuan. Bukannya mengatur pihak yang lemah moral, tapi liar nafsunya bila menyaksikan penampilan tersebut. Maklum, dunia dijajah kekuatan maskulin.

Inul diserang bukan karena goyangan pinggulnya, tapi karena dia perempuan. Andaikan dia pria, biarpun bergoyang lebih ngebor mungkin tidak ada yang peduli. Tidak dianggap pornografi dan tidak diperlukan RUU untuk melarangnya. Hadirnya ATM bisa menggoda niat jahat perampok. Tapi ini bukan alasan untuk melarang ATM, tetapi perampokan. Agama atau militer sering digunakan dalam terorisme atau premanisme. Bukan berarti kita harus melarang agama atau militer. Yang kita lawan premanisme dan terorisme. Kalau mata kita tidak tahan menatap matahari, kita tak usah mengutuk matahari dan melarangnya bersinar.

Agaknya logika itu dijungkir balik dalam RUU Antipornografi. Benarkah pria Indonesia tidak mampu menertibkan nafsu bila melihat perempuan cantik, sehat, dan bergairah? Bila begitu, mengapa bukan pria Indonesia, mata dan nafsunya yang diatur hukum? Bagaimana kalau diatur secara hukum melototi lebih dari dua detik seorang perempuan cantik yang sedang di tempat umum diancam hukuman pidana dua tahun? Mengucapkan komentar usil terhadap perempuan itu dikenai hukuman penjara lima tahun?

Seorang perempuan menulis bahwa dia merasa paling terpesona dan kadang-kadang jadi panas luar dalam bila menemui pria yang sopan, ramah, suka humor, dan rendah hati. Ini berahi yin. Mungkin jutaan perempuan lain seperti dia. Bayangkan seandainya republik ini dikuasai kaum feminin tapi dengan wawasan sesempit mereka yang kini berkuasa secara maskulin. Mungkin saat ini berlangsung debat RUU Antipornografi yang melarang pria bersikap sopan, ramah, rendah hati, dan suka humor.

Saturday, May 13

SUDAH NONTON BROKEBACK MOUNTAIN?

Kapan sebenarnya sejarah homoseksual dimulai? Apakah sejak jaman Nabi Luth atau jauh sebelum itu, sama tuanya dengan dunia ini? Hal yang dahulu dianggap sebagai sesuatu yang tabu dan menyimpang (tidak normal), hari ini menuntut hak dan perlakuan yang sama dengan kaum heteroseksual, kelompok dengan orientasi seks yang kita anggap paling normal. Di Belanda malah sudah ada undang-undang negara yang mengizinkan/mengesahkan perkawinan di antara homoseksual/lesbian. Sementara di Amerika Serikat, negeri yang mengaku paling menjunjung tinggi HAM, para homoseks itu masih terus berjuang untuk memperoleh hak yang sama seperti saudara-saudara mereka di Belanda.

Brokeback Mountain, novel karya Annie Proulx terbit pertama kali 1997 di majalah The New Yorker dan meraih Pulitzer Prize. Mengangkat kisah drama getir dua orang koboy homoseksual, Ennis Del Mar dan Jack Twist. Keduanya terlibat percintaan di tengah-tengah padang rumput di kaki Gunung Brokeback tempat domba-domba digembalakan.

Mereka bertemu pertama kali pada 1963, ketika sama-sama melamar kerja di Kantor Tenaga Kerja Pertanian dan Peternakan sebagai penggembala dan penjaga kemah di bagian utara Signal. Hanya berdua, ditemani domba-domba, kuda-kuda tunggang, coyote yang harus dihalau, bir, makanan kaleng, api unggun, dan kemah yang jauh dari hiruk-pikuk manusia lain, membuat hubungan kedua pria muda itu jadi dekat hingga suatu malam di musim panas yang beku, terjadilah untuk pertama kalinya hubungan intim dalam kemah gembala itu. Terjadi begitu saja, tanpa dimulai dengan rayuan atau peristiwa-peristiwa romantis sebagai pendahuluan.

Itulah yang terjadi. Mereka tidak pernah bicara seks, membiarkannya terjadi begitu saja, mulanya hanya di kemah pada malam hari, lalu pada siang hari bolong di bawah sinar matahari terik, dan pada malam hari di dekat api unggun. Sampai tiba saatnya mereka harus berpisah. Ennis kemudian menikahi tunangannya, Alma, dan memiliki dua orang putri dari pernikahan tersebut, sedangkan Jack pergi ke Texas dan menikah dengan Lureen dan bekerja sebagai pemain rodeo seperti cita-citanya. Mereka berdua tak pernah mengira bakal berjumpa kembali empat tahun kemudian. Sepanjang masa penantian empat tahun lamanya itu, kedua koboy tersebut terpaksa harus berpura-pura hidup sebagai manusia 'normal' sambil menahankan perih kerinduan bertemu.

Pada masa itu, ketahuan sebagai homoseks berarti kematian. Masyarakat akan menghukum mereka dengan siksaan sampai mati : dipukuli dengan kunci ban, diseret di atas kerikil hingga kelaminnya lepas, dan dibiarkan mati dalam selokan. Namun, ancaman kematian yang mengerikan itu tak menyurutkan cinta dan gairah kedua koboy tersebut. Mereka melanjutkan pertemuan demi pertemuan dengan api cinta yang makin panas membara. Layaknya pasangan 'normal' lain yang dilanda cinta, bagi Jack dan Ennis, dunia pun serasa milik mereka berdua.

Brokeback Mountain, dengan menyentuh menyingkap suasana batin Jack dan Ennis sebagai pasangan homoseks yang harus selalu sembunyi-sembunyi menjalin cinta, cinta dengan bayang-bayang kematian. Meski ini kisah tragis dengan akhir yang menyayat hati, akan tetapi Annie Proulx tidak membuatnya menjadi kisah cinta cengeng penuh ratapan serta merengek-rengek meminta belas kasihan. Ia hadir secara wajar dan manusiawi dalam narasi yang memikat.

Jack dan Ennis, sebelumnya tak pernah diceritakan memperlihatkan tanda-tanda seorang gay. Sebelum peristiwa intim di kemah di tengah padang itu terjadi, mereka berdua tampak sebagai laki-laki 'normal'. Apakah tanpa mereka sadari pengalaman masa kecil mereka yang tidak bahagia mempengaruhi orientasi seks mereka? Atau memang menjadi seorang homoseks tak memerlukan latar belakang musababnya?

Brokeback Mountain diangkat ke layar lebar tahun 2005 dengan Ang Lee sebagai sutradara. Beberapa waktu lalu, film ini memenangi Golden Globe Award untuk beberapa kategori, termasuk sutradara terbaik dan mendapat nominasi Academy Award (Oscar) 2006 untuk enam kategori, di antaranya film terbaik.